• Jelajahi

    Copyright © Media Jurnal Investigasi
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Pilkada Maluku, Siapa Kuda Hitam ?

    Jurnal Investigasi
    07 Desember 2023, 23:45 WIB Last Updated 2024-04-18T08:26:58Z
    "PILKADA DI MALUKU, SIAPA KUDA HITAM?" (Catatan Bursa Balon Pilkada Maluku Hingga Kabupaten Kepulauan Tanimbar)



    Oleh : Agustinus Rahanwarat - Aktivis, Tanimbar


    Kuda hitam adalah pepatah yang menggambarkan keadaan keberuntungan seseorang di waktu mendatang. Istilah ini muncul dalam ajang pacuan kuda di mana para penjudi sulit menentukan kuda yang akan tampil sebagai pemenang sehingga sulit pula menentukan peluang taruhannya. 


    Dalam buku novel 'The Young Duke' (1831) yang ditulis Benjamin Disraeli; mendapatkan seekor kuda hitam diantara semua kuda petarung dalam pacuan kuda sangatlah sulit, bahkan diperlukan suatu ramalan khusus agar bisa menang dalam pertarungan judi kuda. Di Indonesia, istilah kuda hitam selalu terdengar dalam banyak acara talk show bergengsi bertemakan politik, mulai dari acara Kick Andy, Rosi, hingga Mata Najwa, semuanya menyebut kuda hitam. 


    Di kalangan media, sebutan kuda hitam lebih mengarah pada seseorang yang diam-diam dihitung sebagai figur berpotensi menang dalam event politik, yah, memang demikian karena kuda sangatlah identik dengan kecepatan, kekuatan dan ketangguhan, maka tak heran jika di dunia politik banyak peramal medsos lebih mendekatkan diri pada sosok yang diprediksi bakal menang, padahal sosok itu sama sekali tak diperhitungkan. 


    Bagaimana nasib pilkada di Maluku? Mulai dari bursa calon Gubernur hingga Bupati dan Wali Kota di Maluku yang lagi panas dibahas di berbagai ruang diskusi. Kuda hitam yang digambarkan sebagai seseorang yang bakal muncul nantinya menjadi pernyataan saling 'klaim' pendukung para kandidat.


    Di level pilgub ada petahana Murad Ismail dan Barnabas Orno. Keduanya akan berpisah karena masalah kepentingan partai politik pendukung. Selain mereka ada Febry Calvin Tetelepta dengan slogan 'biking bae Maluku', dan juga sang petarung Jefri Apoly Rahawarin yang sudah mempromosikan dirinya sejak beberapa tahun lalu.


    Masing-masing sedang berjuang menjadi kuda hitam di kontestasi paling bergengsi di tanah raja-raja ini, bahkan persaingan mereka sudah dicetus publik sebagai perang bintang, perang diantara sesama jenderal, walau Febry Calvin Tetelepta dan Barnabas Orno bukan sang jenderal tapi posisi mereka itu bisa disederajatkan dengan posisi sang jenderal.


    Benarkah ada 1 kuda hitam diantara nama-nama itu? Jawabannya tentu ada. Siapa dia? Dia adalah sosok yang sama sekali tak diperhitungkan saat ini yang akan muncul seperti bintang tatkala cahaya matahari mulai redup. Di Kota Ambon, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara, Kota Tual, Aru hingga ke Seram dan Buru, yang akan ikut dalam pilkada serentak di Maluku ramai-ramai membicarakan kuda hitam di perhelatan nanti. 


    Saya merilis data cukup lengkap tentang bursa kandidat di 11 kabupaten/kota itu, dan sampel yang paling mudah adalah di Kabupaten Kepulauan Tanimbar di mana saya sendiri berdiam di sini dan menghabiskan waktu mendengar banyak perdebatan tentang tokoh-tokoh terhebat yang akan maju sebagai calon Bupati atau calon Wakil Bupati. 


    Nama-nama yang paling sering diucapkan adalah Bupati periode 2017-2022 Petrus Fatlolon, Dharma Oratmangun, dan Adolof Bormasa, diikuti Hendrik Jauhari Oratmangun, Moses Melmambessy dan dokter Boy Uwuratuw. Manakah yang masuk kategori kuda hitam? Publik ikut membaca peta politik ini bahwa apakah kuda hitam datang dari figur yang namanya ramai diucapkan? Ataukah berasal dari kandidat yang banyak berkelana dari desa ke desa, yang membentuk relawan hingga move on ke link pejabat partai. 


    Kuda hitam di Pilkada Tanimbar bisa datang dari wajah baru, bisa juga berasal dari tokoh masa lalu atau petahana periode yang baru saja berakhir. Misalkan Dharma Oratmangun, kendati dua kali gagal dalam pertarungan itu, publik masih saja mengidolakan sosok pejuang pemekaran Kabupaten yang lagi tenar di pusaran pejabat nasional dengan pengabdian sebagai pejuang maha karya pencipta lagu di Lembaga Manajemen Kolektif Nasional yang ruangannya bersebelahan dengan ruang kerja Menteri Hukum Dan HAM RI. 


    Baik Dharma maupun Petrus, keduanya adalah petarung masa lalu yang kompetitif dengan mendulang suara signifikan di semua kecamatan. Petrus Fatlolon yang dihempas badai pemberitaan miring terkait kasus SPPD fiktif namun tetap gencar dalam tahapan sosialisasi dan konsolidasi. Bahkan survey internal yang bocor ke publik menyebutkan mantan penguasa itu masih strong dengan angka survei elektabilitas mencapai 50% Perbedaan saling 'klaim' survey diantara pendukung diduga karena kondisi politik di Tanimbar yang kian memanas plus masalah korupsi yang sudah di meja pengadilan tipikor. 


    Dari informasi ini apakah ramalan medsos menguat pada si kuda hitam yang diam-diam namanya lagi ramai dikonsolidasikan? Apakah itu Dharma? Petrus? Adolof? Atau wajah baru lainnya? (*)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini