Majalengka,Media Jurnal Investigasi- Merasa haknya belum ditunaikan, puluhan warga Desa Bantarjati dan Desa Biyawak, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka dan beberapa kontraktor menggeruduk perusahaan yang akan membangun sentra pabrik pakan ternak sapi dan kambing/domba, Kamis, (18/12/25).
Kedatangan warga dari dua desa tersebut untuk menagih uang pembayaran tanah-tanah mereka yang sampai saat ini belum dilunasi bahkan ada yang belum dibayar sama sekali.
Di lansir dari live tiktok abchannel,Puluhan masyarakat merangsek dan maksa untuk bisa masuk, namun dihalangi petugas keamanan perusahaan tersebut. Namun, pada akhirnya warga dipersilahkan untuk ke dalam area.
"Ini lahan kami pak, mereka yang masuk bukan yang punya lahan," kata beberapa warga.
Selama hampir tiga tahun ini, mereka mengaku merasa lelah dan tidak sabar lagi harus menunggu pembayaran tanah mereka.
Bahkan salah satu warga mengaku bahwa tanah yang berupa sawah tersebut merupakan sumber utama mata pencahariannya.
"Saya masyarakat kecil pak, penghasilan saya dari situ (sawah) saja dibayar enggak, gimana ni keputusannya?," ujar salah satu ibu rumah tangga, kepada awak media.
Sudah tiga tahun lebih, kata dia, sawahnya tidak bisa digarap lagi. Padahal biaya sekolah anaknya bersumber dari lahan pertanian tersebut.
Dalam kesempatan itu ia juga meminta bantuan kepada Bupati, Gubernur Jawa Barat dan Presiden.
"Pak Bupati, Pak KDM, dan Pak Prabowo tolongin saya," pintanya, dengan nada getir.
Selain itu, salah satu warga lain merasa dirinya dijebak oleh pemilik perusahaan tersebut, lantaran, ia diperintahkan untuk mengambil matrial.
"Saya merasa dijebak disuruh ngutang ke matrial oleh AT (inisial) itu," ucapnya.
Sementara salah satu, kontraktor asal Boyolali, Joko, mengaku meninggalkan pekerjaannya demi proyek tersebut.
Dari total tagihan Rp4,2 miliar, ia menyebut masih ada sekitar Rp2 miliar yang belum dibayarkan.
“Kami bukan hanya memperjuangkan diri sendiri, tapi juga masyarakat yang tanahnya belum dibayar selama tiga tahun,” ucap Joko, tegas.
Dalam aksi tersebut, massa memberikan peringatan keras kepada pihak perusahaan.
Mereka menuntut adanya itikad baik dan penyelesaian dalam waktu tujuh hari.
“Jika tidak ada penyelesaian, kami akan datang dengan massa yang lebih besar,” tandasnya.
Para warga dan pihak-pihak yang merasa belum dibayar merasa kecewa, karena pemilik atau perwakilan perusahaan tidak ada di tempat. Kendati demikian, mereka berpesan kepada petugas keamanan supaya kedatangan mereka disampaikan kepada perusahaan.
Dilain pihak, Kepala Desa Bantarjati, H. Suharno menerangkan ada dua pihak yang yang hari ini datang ke perusahaan tersebut, yakni warga dari dua desa dan dari luar kedua desa tersebut.
Ia membenarkan bahwa ada sebagian warga yang sudah dibayar namun baru sebagian bahkan ada juga yang belum dibayar sama sekali.
"Ada dua bagian warga yang datang ke sini. Pertama warga yang merasa lahannya atau tanahnya belum diselesaikan. Ada yang sudah dibayar, ada yang sudah di DP, ada yang belum sama sekali dibayar. Tetapi semua lahan warga itu sudah ada di dalam benteng penguasaan pak Ari," terangnya.
Yang kedua, sambung dia, ada sebagian orang ini dari luar. Karena waktu itu kan dibangun, mungkin istilahnya material-materialnya itu belum dibayar.
Orang nomor satu di Desa Bantarjati ini mengaku tidak tahu persis berapa kerugian yang dialami oleh orang-orang tersebut.
Ia berharap agar persoalan ini secepatnya terselesaikan dengan baik dan jangan sampai ada tindakan-tindakan yang anarkis.(*)


