Rasmin Jaya ( Kader DPC GMNI Kota Kendari )
Jakarta, Jurnalinvestigasi.com-Menuju ulang tahu dies Natalis GmnI secara nasional yang akan di selenggarakan pada 23 Maret 2022. DPC GmnI Kota Kendari sendiri turut dan ikut serta menyukseskan kegiatan tersebut sebagai bentuk refleksi internal melihat perjalanan panjang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia yang ke 68 dengan segala dinamika, tantangan dan transformasi seperti yang terjadi sekarang ini. GmnI kota Kendari dalam sejarah terbentuknya mempunyai banyak hambatan dan cerita sejak terbentuknya. Saat ini GmnI Kendari sendiri Menuju satu dekade. Kegiatan yang mengambil takjuk tema : Transformasi Gerakan Menuju Satu Dekade GmnI Kendari.
Penulis dalam kesempatan nya membeberkan berbagai hal sekaligus refleksi yang di anggap penting semoga dengan kegiatan dies natalis tersebut bisa menjadi renungan dalam memperbaiki hal-hal yang penting untuk perubahan GmnI ke depan. Menciptakan dan melahirkan kepeloporan kepemimpinan yang progres dan revolusioner adalah sala satu dari berbagai target dan sasaran GmnI ke depan, mengisi ruang dan pos-pos kritis dari berbagai lini sektor, bisa melakukan gebrakan loncatan intelektual yang lebih jauh ke depan, melakukan pemberdayaan dan membangun sumber daya manusia untuk tata kelola SDA dan mempersatukan barisan nasionalis marhaenis baik nasional maupun di tataran cabang seluruh Indonesia.
Sehingga terkait dengan orientasi dan tujuan GmnI yang berhaluan nasionalis dengan asas perjuangan marhaenisme bisa terwujud dalam pengejawantahannya dengan baik dalam memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertindas. jauh dari itu harapan terselenggaranya dies natalis GmnI bisa merefleksi perjalanan GmnI secara historis, membawa kepeloporan kepemimpinan yang dapat menyatukan dan merangkul seluruh elemen gerakan. Secara HISTORIS berbicara mengenai gerakan organisasi GmnI akan selalu menjadi tema menarik, menegangkan dan akan selalu menjadi wacana dalam seluk beluk pergerakan mahasiswa dalam mengisi pos-pos kritis dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Peran Organisasi Mahasiswa
Dalam struktur politik indonesia sendiri peran politik gerakan mahasiswa yang berhaluan nasionalis ini mulai populer sejak terjadinya perubahan kekuasaan di tahun 1966-1967. Sebelum masa itu peran sebagai kelompok penekan dan pendorong perubahan sosial dan tatanan masyarakat lebih di kenal dan melekat pada kelompok pemuda. Peran pemuda itulah yang menjadi sentral yang strategis dalam perubahan tatanan sosial, politik, ekonomi dan hukum ke arah yang lebih baik lagi. Sebab dalam lembaran sejarah pun ketika bagaimana tahun 1908, 1928, 1945,1966 dan 1998 menunjukan bagaimana idealisme pergerakan mahasiswa hadir dengan berbagai peristiwa dengan dinamika kebangsaan yang membutuhkan segala ide dan gagasan mahasiswa.
Langkah yang harus di perhatikan dalam memainkan peran strategis sebagai organisasi mahasiswa adalah dengan terus mendedikasikan diri dalam setiap kegiatan organisasi sebab dengan cara-cara seperti itulah sayap- ideology marhaenisme ajaran Bung Karno bisa tersebar di seluruh seantero Sulawesi Tenggara. dalam literatur sejarah peneguhan keistimewaan status dan peran organisasi gerakan mahasiswa nasional Indonesia semakin kokoh sejak keberhasilan aksi-aksi yang di inisiasi oleh beberapa kelompok mahasiswa yang melebarkan sayap gerakan yang mengkritik kebijakan presiden soekarno dalam demokrasi terpimpin.
Penulis sangat menyadari degan sungguh kita masih terpengaruh dengan hegemoni sejarah dan romantismenya tentang keheroikan masa lalu yang membuat kita tidak bisa move on tentang perjuangan dan kepeloporan pergerakan organisasi GmnI meski bergerak di bawah tanah di zaman rezim orde baru. dalam sejarah reformasi pun demikian, bagaimana carut marut gerakan mahasiswa dalam mengisi segala lini sektor khususnya di bidang politik, kebijakan pemerintah yang kontra produktif dengan segala kesewenang-wenanganya terhadap masyarakat, kebebasan bersuara dan menyuarakan aspirasi sangat di batasi begitupun juga dengan pers di ambil alih oleh pemerintahan yang otoritarianisme.
Bagi penulis sejarah adalah guru kehidupan yang harus di jadikan pelajaran dam melihat masa depan dan juga biang untuk masa depan. Di situlah ia menjadi misteri. kita yang hidup hari ini tentunya berusaha keras membaca ke mana ia bergerak dalam tiga langkah ke depan, tentunya kita juga harus punya lompatan intelektual dan melampaui generasi kekinian tentang pola pikir. Mungkin sebuah usaha yang tak sepenuhnya sia-sia. mereka yang membaca gerak sejarah dan bergerak untuk segera mengubah keadaan dengan penuh keyakinan biasanya akan lebih siap menghindari kutukan zaman bahwa sejarah datang mengutuk pintu tapi sayangnya di dalam hanya ada orang-orang kerdil.
Namun mungkin juga sejarah bisa berjalan stagnan dan diam jika tak ada unsur yang membuatnya bergerak atau bergairah yang pada prinsipnya terlalu banyak yang mengada ngada dan kurang jujur terhadap realitas dan fakta sejarah itu sendiri karena di politisasi dan diplintir untuk kepentingan elit kekuasaan sebab sejarah adalah milik seorang pemenang. kita nampak bingung dan termangu-mangu bahwa kira-kira pelajaran apa bisa di ambil oleh generasi mendatang jika sampai pemelintiran sejarah itu terjadi. bahwa sejarah dan kekuasaan adalah dua sekawan yang mungkin ikut menentukan arah gerak zaman. tak ada yang menduga apa yang akan terjadi di hari esok tetapi ke nasib kita ke depan tergantung bagaimana upaya kita hari ini dakam mengikuti setiap proses yang ada.
Penulis sendiri yang bergelut dalam organisasi GmnI mengetahui betul meski bukan pelaku sejarah tetapi dalam berbagai literature arus kekuatan GmnI sempat terkubur. Kita pernah mengalami suatu masa di mana rezim orde baru tak memberikan ruang dan keleluasan bagi entitas organisasi sosial politik yang berbeda dengan kekuatan orde baru sehingga terjadi adanya upaya Desoekarnoisasi dan menghilangkan ajarannya marhaenisme sebagai asas perjuangan gerakan mahasiswa nasional indonesia itu sendiri, di situlah upaya mengaburkan fakta sejarah untuk menjauhkan bung karno dari pengikut-pengikutnya. selalu ada pasang surut dalam setiap dinamika politik kebangsaan tetapi kita tak boleh terlempar dan tergilas dari fase sejarah bahkan untuk harus menjadi penonton. Kita harus terus bergerak dan melangkah memenangkan zaman dan menuju kejayaan GmnI.
Sungguh suatu masalah besar mahasiswa khususnya gerakan mahasiswa nasional indonesia untuk menyesuaikan diri dengan berbagai langgan kekuasaan yang berubah dan iklim politik yang membawa sehingga apa yang di upayakan oleh mahasiswa dan aktivis GMNI untuk melakukan penyelamatan organisasi terjadi banyak perseteruan di tambah lagi pembersihan kelompok-kelompok yang di nilai kekiri kirian adalah langkah yang paling ekstrem dari perlakukan rezim orde baru pada saat itu.
Memang tidak mudah jika kita melihat arus sejarah dan kejayaan organisasi yang sampai hari ini berdiri kokoh karena pada prinsipnya juga tokoh yang membangun nawacita dan mempertahankan ajaran bung karno marhaenisme harus berdarah-darah pula. Kejayaan itu sendiri melewati berbagai masa kepedihan, rasa pahit dan sangat pahit. Lantas apakah juga GmnI demikian mestinya ? Ya , Kita pernah terjadi masa kelam di mana organisasi yang terlahir pada tanggal 23 maret 1954 pernah terkubur hidup-hidup, merangkak dengan terkantung kantung dan bergerilya dalam waktu yang begitu lama.
Namun jika situasi dan kondisi sekarang tak bisa kita manfaatkan dan masih saja diam melihat situasi masalah dalam internal gerakan mahasiswa nasional indonesia itu sendiri pasti kita akan merasakan kekalahan dalam perebutan kancah sejarah perjuangan. liat saja di momentum ini misalnya bagaimana kaum kiri nasionalis radikal harus di cap komunis dan tak beragama. Itulah sedikit dari berbagai tantangan kaum kiri sebagai mahasiswa yang berkecimpung dalam organisasi gerakan mahasiswa nasional indonesia yang beraliran nasionalis marhaenis di tengah pertarungan ideologi sectarian dan organisasi untuk melebarkan sayap masing-masing. dan tak hanya itu anggota dan kader gerakan mahsiswa nasional Indonesia juga tak bisa lepas dari stigma kelekatan GmnI kepada sala satu partai politik tetap tertanam di benak masyarakat khususnya PNI dan PDIP, Kesamaan simbol-simbol dan kaitan sejarah masa lalu memperkuat argumen dan asumsi masyarakat bahwa anggota dan kader gerakan mahasiswa nasional indonesia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sala satu partai politik di orde lama. terbentuknya citra tersebut karena di pengaruhi oleh banyaknya mantan aktivis gerakan mahasiswa nasional Indonesia yang meniti karier politik di partai itu.
Pandangan itulah yang menjadi kendala aktivis gerakan mahasiswa nasional indonesia bahkan mungkin sampai saat ini untuk melebarkan sayap-sayap marhaenisme ajaran bung karno, menjalankan dari pada roda dan kerja-kerja organisasi. namun terlepas dari hal tersebut, terdapat pelajaran dan hikmah yang menarik dari proses pelajaran sejarah itu. sebab pada awalnya gerakan mahasiswa nasional indonesia adalah upaya merealisasikan cita-cita dan perjuangannya membawa semangat berdiri dalam sikap teguh, pendirian dan independensinya.
Namun pada masa itu juga memberikan pelajaran terbaik, keterpurukan tak harus kita sesali dengan jalan membangun trauma politik karena pada dasarnya setiap zaman, peristiwa dan kejadian mempunyai tantangan yang berbeda -beda dalam proses perjalanan sejarah. Sehingga dengan keterpurukan dan hikmah sejarah itu dapat memberikan kesadaran baru untuk bangkit kembali dan meneruskan sejarah perjuangan gerakan mahasiswa nasional Indonesia sebagai organisasi kader yang berhaluan nasionalis.
Pasang surut Gerakan Mahasiswa
Kebangkitan kembali gerakan mahasiswa nasional indonesia tak juga mengharuskan kita untuk selalu kaku dalam menghadapi situasi politik dan nasional yang mencekam karena sejarah tersebutlah yang menjadi pegangan kita. Karena hak tersebut tak lahir secara instan namun melalui kalkulasi politik yang matang dan cerdas. Pemikiran kritis atas berbagai carut marut perjalanan gerakan mahasiswa nasional Indonesia harus tetap ada untuk mengubah haluan bangsa ini menuju cita-cita sosialisme indonesia. sehingga menjadi sangat penting proses perjalanan gerakan mahasiswa nasional indonesia berikutnya membuktikan bahwa keputusan itu tak salah dan suatu kaharusan sejarah yang harus kita pilih dan tempuh. selain menjadi pijakan kebangkitan aktivis gerakan mahasiswa nasional indonesia, keputusan itu pulahlah untuk membawa GmnI menghadapi masa-masa sulit dan selamat dari proses penataan politik pragmatisme.
Ujian terhadap independensi itu bukan tak ada sama sekali. dalam setiap proses waktu dan kesempatan godaan-godaan itu akan muncul seperti ombak yang berderu kencang yang menyeret kita pada pusaran kepentingan pragmatisme politik dan sesat. menyikapi fenomena dan keadaan tersebut selayaknya generasi baru gerakan mahasiswa nasional Indonesia dapat menempatkan posisi sejarah dalam kerangka pembelajaran dan refleksi untuk kemudian merubah tatanah masyarakat dan bangsa kearah yang lebih baik lagi. pelajaran itu tentunya mengenai kecerdasan dalam membaca petak politik dan sosial, kemampuan menjaga stamina kader serta kematangan dalam mengelola konflik kepentingan. pelajaran tersebut telah di tunjukan oleh aktivis gerakan mahasiswa nasional Indonesia pada masa itu, ini bukan proses hegemoni atau romantisme sejarah itu sendiri meski kita akui bahwa di masa-masa sulit itu sangat penting sekali untuk menentukan sikap sebaik mungkin.
Di masa kini dan tentunya di masa depan juga barangkali yang sangat penting kemampuan seperti itu akan terus di butuhkan oleh organisasi sebagai wadah perjuangan dan penggeblengan kawah candradimuka untuk melahirkan tokoh dan pemimpin bangsa. tantangan organisasi ke depan akan semakin kompleks dan keras sebab persaingan organisasi dan ideologi satu sama lain akan mewarnai dan menghiasi percaturan bangsa ini. situasi ini tentunya memerlukan kecerdasan ekstra, kemahiran dalam mengambil langkah dan taktik bagi bagi setiap anggota dan kader untuk melewati badai dan arus politik yang sangat deras.
Satu hal yang pasti bahwa politik akan selalu dinamis, tiada kawan dan lawan yang abadi semuanya hanya kepentingan. pada suatu saat juga politik akan sampai pada puncak dan titik klimaksnya namun tak menutup kemungkinan pula bahwa pada waktu yang berbeda perjalanan itu kembali menurun sejalan dengan dinamika politik yang terus berkembang pada pusaran waktu dan generasi.untuk itu keputusan menjadi organisasi mahasiswa dan kader yang bernafaskan nasionalis harus terus di jaga dan di pertahankan apalagi di tengah carut marut dan transisi demokrasi, keputusan politik di penuhi ketidakpastian, euforia politik akan terus berlangsung. Dengan demikian kita harus tetap mengambil jalan tengah dan strategis sehingga langkah gerak tetap bebas dan akan terlihat cantik.
Dengan demikian kemandirian yang bernafaskan semangat berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) merupakan pijakan utama gerakan mahasiswa nasional Indonesia dalam menjalankan pergerakan politik pada masa kini maupun masa yang akan datang. sebab kita sadari bahwa kurangnya anggota dan kader gerakan mahasiswa nasional Indonesia untuk ikut berpartisipasi dalam setiap gerakan ketika berbagai masalah yang ada. Seperti uraian di atas perlunya kita kembali menata struktur yang ada di dalam pengurusuntuk kembali mempertegas asas dan doktrin gerakan mahasiswa nasional Indonesia yang berjuang untuk rakyat dan berjuang bersama rakyat.
GmnI perlu kembali menyegarkan wawasan kemahasiswaan sebagai organisasi mahasiswa yang berbasiskan intelektual muda. Di sisi lain harus lebih dekat dengan isu dan wacana sosial politik yang ada baik di tataran local maupun nasional karena idealisme pemuda dan mahasiswa sebagai pilar penyangga dan pendorong jati diri bangsa. Jadi keberadaan mahasiswa dan organisasi harus selalu menjadi spirit perjuangan dan pergerakan, motivasi dan inspirasi untuk generasi yang masih kurang berkecimpung dalam kelembagaan internal maupun eksternal. Hal tersebutlah yang harus terus di dorong agar dalam kancah sejarah kita tidak di gilas oleh perkembangan zaman yang ada apa lagi sebelumnya GmnI secara nasional mengambil takjub “ Nasionalisme Menjawab Tantangan Zaman”
Transformasi Ide dan Gagasan
Kemenangan-kemenangan yang telah di raih di masa lalu oleh para pejuang revolusioner, tidak mudah, sangat sulit sekali dalam hal membuat keputusan, mengambil tindakan, harus ada yang pengorbanan, harta bahkan jiwa dan raga mesti kita berikan. Meski tak bisa kita pungkiri dalam setiap perjuangan itu kita selalu mendapatkan penghinatan. Itulah kisah perjalanan dan romantisme perjuangan di butuhkan kerja keras yang komitmen dan konsisten. Perlu di catat bahwa tokoh-tokoh besar dunia adalah orang-orang tekun, militant dan bersemangat tinggi . Tetapi juga seorang yang berani dan berkemauan keras, tak henti hentinya saya mengagumi mereka. Akankah kita dapat mengikuti jejak langkah mereka sementara gerak zaman dengan globalisasi dan modernisasinya mengikis semangat untuk bersatu dan semakin terpolarisasinya kesadaran kita untuk peka dan peduli terhadap realitas masyarakat.
Pejuang dulu banyak menunjukan keberanian melalui kondisi dan situasi yang sulit, untuk mencapai proses perjuangan revolusioner Mengutip kata Mao Zedong dalam buku Revolusi Pemikiran karangan Hendry Madjid “ Revolusi bukan pesta makan malam, bukan pula seperti menulis atau membuka tulisan. Tidak bisa seanggun. semenyenangkan atau selembut itu. Revolusi adalah kerusuhan, sebuah tindakan keras dari suatu kelas yang menjatuhkan kelas lain. Namun dalam perjalananya Karl Marx menyebutnya bahwa sejarah manusia adalah sejarah pertentangan kelas Proletar dan borjuasi. hal ini di tandai dengan meletusnya revolusi industry di prancis pada 1789. Kondisi industri prancis yang tidak stabil mendorong pemikir-pemikir pada saat itu membangun sebuah tatanan sosial yanag baru tanpa ada dominasi kelas satu sama lain .
Di Indonesia sendiri kita pernah terjadi suatu masa yang amat keji, perbudakan, penyiksaan, akibat masuknya negara-negara asing, Kolonialisme dan imperialisme melakukan ekspansi terhadap daerah-daerah jajahan yang mempunyai kekayaan SDA rempah-rempah, cengkeh dan lain sebagainya. Proses dan perjalanan itulah yang membuat masyarakat pribumi sadar bahwa kita harus melawan dan bersatu, sebagai asal muasal munculnya organisasi kepemudaan pada tahun 1908. pelopor pergerakan dan juga guru bangsa yaitu Cokroaminoto dengan organisasi Serikat Dagang Islam dan Budi Utomo yang di pelopori oleh dokter Wahidin. meski bukan pelaku sejarah yang terlibat dalam perjalanan revolusi bangsa tapi saya merasa yakin dan sadar bahwa akan terjadi suatu masa kita akan berdiri kokoh dan kejayaan untuk mengelola sendiri sumber daya alam yang kita miliki. meski panjang perjalanan menuju Indonesia bersatu tapi pemuda pemudi kita membuktikan dengan kesamaan nasib dan cita-cita untuk mengusir bangsa asing maka pada tahun 1928 sebagai bukti untuk berjuang dalam kekauatan yang lebih besar, tak ada lagi ego sektoral dan kedaearahan, Kita mampu meruntuhkan tembok-tembok yang memisahkan dan memecah belak kita untuk berjuang, berbangsa satu, berbahasa satu dan bertanah air satu. Itulah yang merekatkan keberagamanan hingga mencapai Indonesia merdeka 1945. Berbagai pergolakan pikiran dan fisik untuk tetap melanjutkan cita-cita revolusi.
Kopi Dan Revolusi
‘Ide Revolusioner itu bisa saja lahir dari kondisi dan situasi yang mencekam bahkan dari secangkir kopi bisa menemukan banyak imajinasi dan inpirasi sebuah perubahan besar tapi praktek revolusi tidak akan pernah terjadi jika hanya minum kopi dan berpangku tangan melihat realitas yang ada, Namun mereka adalah dua hal yang tak bisa di pisahan bagi para pejuang-pejuang yang siap Idealis’
Demikian pula kopi, dalam kata awalan saya bahwa kopi adalah sala satu sumber inspirasi dalam segala hal termasuk membangun sebuah gerakan revolusi tetapi minum kopi saja tidak akan cukup jika praktek revolusi tidak kita laksanakan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sejarahnya bahwa kopi adalah manifestasi seorang pejalan dan pejuang yang merdeka secara tindakan atau pemikiran dari desa maupun kota, Minum kopi di warung kopi atau di mana pun menjadi awal dan sebermula tersampaikannya segala wacana, opini dan informasi dari berbagai persoalan dan sumber yang ada . Dari sana pula segala kompromi , loby politik biasa tercipta hingga transaksi bagi orang yang siap pragmatisme dalam dalam era sekarang istilah bang Hendry Madjid dalam buku “Revolusi Pemikiran “karangannya. bahkan pula gagasan-gagasan besar tentang perubahan dan revolusi di gelar di dalamnya. Ini lah yang menunjukan sisi romantisme dari pada pejuang terdahulu ketika berdiskusi tentang suatu perubahan.
Hal demikianlah yang menjadi ketakutan pemimpin dan pemangku kebijakan di negara-negara besar, Jika menelisik lebih dalam dalam sejarah dunia bahwa dimensi dan khasiat kopi yang telah di dapatkan oleh orang-orang prancis di warung kopi sangat banyak menginspirasi sehingga tercipta diskusi, terakumulasi dan bergerak hingga akhirnya melahirkan proses revolusi prancis, Tidak mudah. Membutuhkan waktu dan strategi yang matang. Namun penguasa tak akan diam, Mengantisipasi gagasan yang lahir dari warung kopi dengan alasan mengganggu olehnya itu warung kopi bahkan sumber kopi pun harus di tutup, Olehnya itu segala protes dan pembangkangan sipil harus di lakukan hingga harus mendesak pemimpin untuk mundur.
Ini pun pernah terjadi di masa Presiden Soeharto yang diktator dan otoritarianisme yang menerapkan kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Kordinasi Kampus (BKK) yang terpusat untuk membungkam suara-suara kritis mahasiswa yang menyoroti kebijakan pemerintah pada saat itu, Hingga ABRI harus dengan leluasa masuk daam kampus melakukan pemberedelan oleh mahasiswa yang siap melawan hingga ada beberapa kelompok mahasiswa yang tertembak di dalaam kampus. Berapa miris dan bringasnya intitusi negara pada saat itu yang di komandoi langsung oleh Militer dalam menjalankan kekuasaan, Olehnya itu mereka harus melakukan gerakan bawah tanah dengan desas desus dalam menyusun pergerakan, perlawanan hingga ada peristiwa semanggi 1, semanggi 2, peristiwa malari hingga pada puncaknya terjadi krisis moneter dan ekonomi sehingga memaksa Soeharto untuk turun dari singgasan kepresidenannya yang berkuasa selama 32 tahun. Waktu yang begitu lama dengan sikap arogansi dan rakusnya kekuasaan. Perjalanan panjang itulah yanag membuka mata, hati dan pikiran kita untuk tidak terjadi hal yang serupa ke depan. Membiarkan masyarakat hidup aman, tentram meski dengan iming-iming kesejahteraan, Tapi itulah kiprah pemuda yang menunjukan sikap sebagai barisan terdepan ketika panggilan nurani dan pengabdian muncul di tengah persoalan bangsa yang mencekik.
Itulah khasiat kopi dan peran pemuda dalam kancah perjalanan zaman, tapi sekarang dengan pesatnya perkembangan Globalisasai dan modernisasi yang menerpa segala sendi-sendi kehidupan telah merubah segala tatanan sosial. Khususnya yang menjadi inspirasi pemuda pemudi dahulu misalnya warung kopi. Dulu seperti apa yang telah di gambarkan di atas bahwa warung kopi itu adalah tempat yang sakral untuk pemikir, pejuang dan pelajar yang menginginkan suatu kemajuan besar, tapi faktanya sekarang terjadi dis orientasi bahwa warung kopi itu telah mempopulerkan hal-hal yang sensasional yang mengutaman bentuk dari pada isi , sering kali ada dialog harus di selingi dengan Hip HoP, DJ, Musik dan lain sebagainya. Tidak lagi membudayakan diskusi , bertemunya segala wacana-wacana kritis, mungkin ada tapi hanya sebagian bagi orang-orang yang masih terawat kesadarannya yang masih merawat mimpi dan harapan untuk bergerak dan berjuang.
Sehingga keadaan sekarang harus banyak proses penyadaran yang di lakukan oleh kaum terpelajar mahasiswa agar generasi baru yang lahir tidak selalu pesimisme dalam melihat kondisi bangsa ini yang di ambang kehancuran dengan pola pikir pemuda jangka pendek, agar ada perbaikan dari tatanan yang sudah rusak .. Mungkin itu di tunjukan kepada saya atau siapapun dari keadaan apapun itu sebagai wasiat dari makelar kopi dan revolusi, Sedang hal ini korelasi yang tak bisa di pisahkan. sungguh, di jalankan terus menerus dan jangan menyerah sebab yang di perhadapkan pada diri kita ini adalah penuh resiko dan tantangan besar.
Kata adalah senjata, Biarpun kebohongan berlari secepat kilat kebenaran pasti akan mendahuluinya. Dalam pembuka ini saya ingin mengatakan bahwa saya bukan Multatuli dalam buku Marx havelar sebagai makelar kopi, hantu dan pembunuh kolonialisme imperialisme yang membuka mata dan pikiran kita betapah kejamnya penghisapan dan perbudakan di masa sebelum Indonesia merdeka, Saya juga bukan Lenin sebagai penyeru meletusnya Revolusi Rusia dengan ajaran marxismenya yang merebut kekuasaan borjuis dan krooni kroninya karena kekuatan utama mereka adalah modal, Puncak dan tahapan tertingginya adalah kapitalisme . Di situlah upaya kaum proleter menguasai alat-alat produksi . Lenin pun mengatakan bahwa revolusi berharga ketika kita dapat mempertahankan diri dari segala godaan apapun . Memang seperti yang telah di tunjukan oleh revolusi tersebut, Ia mampu mempertahankan dirinya dan melindungi dirinya dengan cara yanag kuat . jujur saya kagum terhadap apa yang menjadi semangatnya, Lebih dari itu dia banyak melakukan Revolusi sosial , radikal dan mendalam. Saya juga bukan Che Guevara yang melakukan perlawanan dan pemberontakan dengan bergerilya melawan imperialisme amerika. Saya bukan Tan Malaka yang menghendaki revolusi dengan kekuatan Aksi Massa sebagai metode perjuangan untuk merdeka 100 persen dengan usaha yang amat panjang dan rintangan yang amat berat , Menjadi pelarian politik di dua benua dan dua samudra sebanyak 11 negara dan saya pun bukan Soekarno sebagai Penyambung Lidah Rakyat Indonesia dan Founding Father bangsa Indonesia yang menghendaki bahwa Revolusi Belum Selesai .
Tapi saya adalah diri saya sendiri yang melihat dan belajar dari sejarah masa lalu , Membaca biografi tokoh-tokoh besar. sungguh, perasaan ini begitu jujur dan polos tapi saya tahu itu adalah perasaan dari hati yang penuh harap , akan selalu banyak kebaikan di hari esok. Tapi jika saya adalah bagian dari makelar cita-cita revolusi yang sadar atau pun tidak menjadi pencuci tangan semangat yang meratirkan orang lain tanpa di barengi semangat kolektif dan kesatuan nasib yang hadir dengan perasaan yang sama sebagai kaum lemah dan tertindas maka itu tak lebih dari gerak spontanitas yang hadir dari kesadaran palsu karena sejatinya revolusi dan perjuangan tak menuntut ongkos dalam bentuk apapun, tidak juga kemapanan atau kemegahan, tidak pula nama baik atau jaminan di hari tua. (Kutipan : Bang Icas. Revolusi juga bukan pesta di malam pengantin yang penuh bunga dan bidadari cantik. tapi pada faktanya sekarang banyak tengkulak gerakan yang siap pragmatis dan menggadaikan aksi di mana setiap demonstrasi itu di selenggarakan atau menjadi pewarta kuasa yang siap tunduk ketika ada perintah, itu tak lebih dari kebusukan dan penghianatan yang siap di hunuskan dalam lubang busuk sejarah. dunia memang ramai peran, jika melawan di sebut sebagai pemberontak.
Itu seakan hal yang lumrah di lakukan sampai kebaikan pun tak lagi mendaptkan tempat teduh dan aman. padahal dalam lembaran sejarah banyak menemukan pejuang yang di ilhami oleh ide-ide patriotik, gagagan-gagasan besar dan perjuangan revolusioner. setidaknya diriku sadar memiliki gambaran seperti apa masyarakat dan dunia saat ini. Bahkan tak hanya itu, di sana kita akan banyak menemukan orang-orang yang di bunuh, di culik dan di bredel karna telah mempertahankan alam dan bangsanya dari penjajahan.
Saya sempat membaca buku tentang sosok mereka meski itu buku hanya pinjaman. kejayaan setiap perjuangan revolusioner yang ada saat itu mempunyai perjalanan yang panjang, Apakah juga kekalahan yang kita rasakan akan terus berlarut larut dan terus melewati rasa pahit bahkan akan sangat pahit sekali, ingin ku beri contoh kejatuhan dan keruntuhan ekspansi kapitalisme juga mempunyai perjalanan panjang untuk berusaha berdiri kokoh sampai sekarang ini, berkali kali jatuh berkali kali pula mengalami kebangkitan dan musuh besar kita ini pun harus melakukan evolusi diri di sektor industrialisasi dan bermetamorfosis seperti apa yang dia inginkan dengan catatan dapat memberi keuntungan sebaik baiknya dan menghisap sebanyak-banyaknya, Dia hadir bagaikan dua keping mata dua dengan siluman Globalnya.
Namun sampai kapan kapitalisme akan terus berjaya dan terus melakukan ekspansi (penguasaan wilayah jajahan )? kapankah kita bisa mencapai revolusi seperti dalam Trisaksti Bung karno “masyarakat sosialisme dalam praktek yang adil dan makmur dengan berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam berbudaya. selama kita diam kapitalisme akan terus hamil tua dan terus melahirkan bibit baru misalnya melahirkan pasar bebas yang bermain mata dengan oligarki untuk menguasai segala sektor ekonomi, politik, sosial dan kebudayaan.
Itulah tantangan besar yang mengaku dirinya sebagai kaum marhaenis yang revolusioner dan progresif. Lantas mengapa kita harus diam dan tunduk jika keadaan sekitar sedemikian jadinya, kita harus melakukan perlawanan dengan keras sejadi jadinya, di butuhkan konfrontasi dengan kekuatan yang begitu besar. untuk mengubah dunia yang sedang di kuasai‘oleh sistem kapitalisme (Nekolim) beserta keturunannya saat ini, kita membutuhkan pemahaman dan kesadaran yang utuh, kita membutuhkan, konsep, pola, cara pandang dan metode yang utuh. Dalam sejarahnya seperti apa yang telah di tulisakan di atas bahwa kiranya kita dapat memakai konsep marxisme dan Materialisme Dialektika Historis sebagai pisau analisis sosial politik, memberikan penyadaran satu sama lain dan pemahaman untuk berjuang dan merebut hak-hak yang di rampas.
Refleksi Sejarah
Kemenangan-kemenangan yang telah di raih di masa lalu oleh para pejuang revolusioner, tidak mudah, sangat sulit sekali dalam hal membuat keputusan, mengambil tindakan, harus ada yang pengorbanan, harta bahkan jiwa dan raga mesti kita berikan. meski tak bisa kita pungkiri dalam setiap perjuangan itu kita selalu mendapatkan penghinatan. Itulah kisah perjalanan dan romantisme perjuangan di butuhkan kerja keras yang komitmen dan konsisten. perlu di catat bahwa tokoh-tokoh besar dunia adalah orang-orang tekun, militant dan bersemangat tinggi. tetapi juga seorang yang berani dan berkemauan keras, tak henti hentinya saya mengagumi mereka. Akankah kita dapat mengikuti jejak langkah mereka sementara gerak zaman dengan globalisasi dan modernisasinya mengikis semangat untuk bersatu dan semakin terpolarisasinya kesadaran kita untuk peka dan peduli terhadap realitas masyarakat.
Pejuang dulu banyak menunjukan keberanian melalui kondisi dan situasi yang sulit, untuk mencapai proses perjuangan revolusioner Mengutip kata Mao Zedong dalam buku Revolusi Pemikiran karangan Hendry Madjid ‘Revolusi bukan pesta makan malam, bukan pula seperti menulis atau membuka tulisan. Tidak bisa seanggun. semenyenangkan atau selembut itu. Revolusi adalah kerusuhan, sebuah tindakan keras dari suatu kelas yang menjatuhkan kelas lain. Namun dalam perjalananya Karl Marx menyebutnya bahwa sejarah manusia adalah sejarah pertentangan kelas Proletar dan borjuasi. hal ini di tandai dengan meletusnya revolusi industry di prancis pada 1789. Kondisi industri prancis yang tidak stabil mendorong pemikir-pemikir pada saat itu membangun sebuah tatanan sosial yanag baru tanpa ada dominasi kelas satu sama lain.
Di Indonesia sendiri kita pernah terjadi suatu masa yang amat keji, perbudakan, penyiksaan, akibat masuknya negara-negara asing, kolonialisme dan imperialisme melakukan ekspansi terhadap daerah-daerah jajahan yang mempunyai kekayaan Sumber Daya Alam rempah-rempah, cengkeh dan lain sebagainya. Proses dan perjalanan itulah yang membuat masyarakat pribumi sadar bahwa kita harus melawan dan bersatu, sebagai asal muasal munculnya organisasi kepemudaan pada tahun 1908 sebagai pelopor pergerakan dan juga guru bangsa yaitu Cokroaminoto dengan organisasi Serikat Dagang Islam dan Budi Utomo yang di pelopori oleh dokter Wahidin. meski bukan pelaku sejarah yang terlibat dalam perjalanan revolusi bangsa tapi saya merasa yakin dan sadar bahwa akan terjadi suatu masa kita akan berdiri kokoh dan kejayaan untuk mengelola sendiri sumber daya alam yang kita miliki. meski panjang perjalanan menuju Indonesia bersatu tapi pemuda pemudi kita membuktikan dengan kesamaan nasib dan cita-cita untuk mengusir bangsa asing maka pada tahun 1928 sebagai bukti untuk berjuang dalam kekauatan yang lebih besar, tak ada lagi ego sektoral dan kedaearahan, Kita mampu meruntuhkan tembok-tembok yang memisahkan dan memecah belak kita untuk berjuang, berbangsa satu, berbahasa satu dan bertanah air satu. Itulah yang merekatkan keberagamanan hingga mencapai Indonesia merdeka 1945. Berbagai pergolakan pikiran dan fisik untuk tetap melanjutkan cita-cita revolusi.
Demikianlah , Coretan kecil. Perbanyak membaca meski buku yang di ambil adalah pinjaman, jangan pasrah terhadap keadaan karena itu ada lah upaya kita merawat komitmen, cinta dan perjuangan diskusi dan bergerak . Perbanyak ruang agitasi dan propaganda. Semoga Bermanfaat.