Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger TemplatesPremium By Raushan Design With Shroff Templates
{{ date }}
{{ time }}
DIGITAL CLOCK with Vue.js

Pemekaran DOB Tanut Raya Harga Mati, KNPI Peringatkan Elit Stop Bermain Sandiwara

MALUKU - JURNALINVESTIGASI
20 Agustus 2025
Last Updated 2025-08-19T18:57:57Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates

“Pemekaran bukan permainan elit, tetapi jeritan darah rakyat yang menolak mati dalam ketertinggalan. KNPI Tanimbar menegaskan suara masyarakat sudah bulat: pemekaran Tanimbar Utara adalah harga mati, tak bisa lagi ditawar.”



Saumlaki, Jurnalinvestigasi.com – Suara Rakyat Tanimbar Utara Raya kini meledak seperti gelombang yang tak terbendung. Mereka tidak lagi mau diam dalam ketertinggalan dan keterasingan pembangunan. 


Pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) Tanimbar Utara Raya bukan sekadar wacana, melainkan teriakan keras rakyat yang muak dipinggirkan, sekaligus penolakan terhadap anggapan bahwa ini hanyalah proyek elit politik.


Sekretaris KNPI Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Doljer Unawekla, dengan nada tegas menyebut pemekaran sebagai kebutuhan mendesak yang lahir dari penderitaan panjang masyarakat. 


“Harus diingat, pemekaran Tanimbar Utara Raya bukan permainan elit. Ini jeritan rakyat, suara yang lahir dari luka karena terpinggirkan dalam pembangunan. Jika pemerintah masih menutup mata, maka rakyat akan semakin kehilangan kesabaran,” ungkapnya, Senin (19/8/2025).


KETIMPANGAN YANG MEMBUSUK


Unawekla menuturkan, ketimpangan pembangunan di Tanimbar Utara sudah seperti penyakit menahun yang membusuk. Jalan rusak, listrik tak merata, krisis jaringan internet, dan layanan publik yang seolah hanya milik wilayah selatan membuat warga Tanut merasa dianaktirikan.


“Pusat kabupaten seakan hanya Saumlaki dan sekitarnya. Tanimbar Utara? Seperti dunia lain yang dilupakan. Ini bukti ketidakadilan yang sudah terlalu lama dibiarkan,” tegasnya.


PELAYANAN PUBLIK YANG MENCEKIK


Jarak yang jauh ke ibu kota kabupaten menjadi penderitaan masyarakat. Untuk mengurus KTP, akta kelahiran, atau sekadar mencari pengobatan, warga harus ke kabupaten kota menyebrang laut dan lewat transportasi darat berjam-jam dengan biaya besar.


“Bayangkan, rakyat harus bayar mahal dan mengorbankan tenaga hanya untuk hak administratif paling dasar. Ini bentuk ketidakadilan yang tidak bisa lagi ditoleransi. Pemekaran adalah solusi agar rakyat bisa hidup layak,” ujar Doljer dengan nada tajam.


POTENSI TERKUBUR DIAM-DIAM


Ia juga menyinggung potensi besar di Tanimbar Utara yang terkubur diam-diam karena minim perhatian. dari Sektor Kelautan dan Pertanian, hingga panorama wisata bahari yang mempesona semua seolah dibiarkan membusuk tanpa sentuhan.


“Sumber daya melimpah, tetapi masyarakat tetap miskin. Kenapa? Karena pemerintah hanya sibuk mengurus selatan. Pemekaran adalah cara agar potensi itu tidak lagi terkubur,” tandasnya.


IDENTITAS YANG TERKHIANATI


Bagi masyarakat Tanimbar Utara, pemekaran bukan hanya tentang layanan publik atau ekonomi. Ini juga soal identitas dan harga diri yang sudah terlalu lama dikhianati.


“Rakyat Tanimbar Utara ingin diakui, ingin berdiri sejajar. Pemekaran adalah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang sudah berlangsung puluhan tahun,” ungkapnya.


GERAKAN RAKYAT, BUKAN ELITE


Doljer menegaskan, semua desakan ini lahir dari bawah. Rakyat di desa-desa, tokoh adat, pemuka agama, tokoh Pendidikan dan kaum muda bersatu menuntut pemekaran. Gerakan ini jauh dari kepentingan politik elit yang sering dicurigai publik.


“Jangan coba-coba menstigma gerakan ini sebagai permainan elit. Ini darah rakyat yang bersuara. KNPI melihat dan merasakan sendiri denyutnya. Suara rakyat sudah bulat: pemekaran atau mati dalam ketertinggalan,” ucapnya penuh penekanan.


ANCAMAN KEHILANGAN GENERASI


Doljer juga memperingatkan bahwa jika pemekaran terus diabaikan, akan ada ancaman besar: hilangnya masa depan generasi muda. Pemuda Tanimbar Utara terpaksa merantau tanpa ada kepastian kerja di tanah sendiri.


“Jika tidak ada DOB, maka kita akan kehilangan satu generasi. Anak-anak muda akan terus lari keluar daerah, meninggalkan tanah leluhurnya karena di sini tidak ada harapan. Ini bom waktu bagi pemerintah,” katanya.


Dengan suara lantang, Unawekla menutup pernyataannya: “Pemekaran Tanimbar Utara Raya adalah pilihan hidup rakyat. Jika negara terus menutup telinga, berarti negara sedang mengkhianati rakyatnya sendiri. Kami tidak akan berhenti. Suara rakyat tidak bisa lagi dibungkam.” (Nik Besitimur)

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl