BEKASI,Jurnal investigasi com- Diduga guru SMPN 2 Sukawangi Desa Sukatenang Kecamatan Sukawangi Kabupaten Bekasi, diduga melakukan Pungutan Liar (Pungli), kepada Para Siswa terkait penebusan Raport sebesar Rp, 70,00,tujuh puluh ribu persiswa.
Hal Itu adanya pengaduan yang dikeluhkan oleh beberapa Wali murid kepada media, dengan adanya pungutan Liar (Pungli), pembagian Raport sebesar, Rp, 70,000,tujuh puluh ribu rupiah, Persiwa dan pembayaran seragam sekolah sebesar, Rp, 700,000, tujuh ratus ribu untuk seragam perempuan, Rp, 600,000, enam ratus ribu rupiah, untuk seragam lelaki.
"Betul bang waktu itu anak saya yang sekolah di SMPN 2 Sukawangi Nebus Raport di pungut biaya sebesar, Rp, 70,000, tujuh puluh ribu per siswa karna disuruh sama gurunya, bukan nya nebus Raport saja seragam juga harus nebus sebesar, Rp, 700,000, tujuh ratus ribu untuk seragam perempuan kalau seragam lelaki sebesar, Rp,600,000, enam ratus ribu ucap nya salah satu wali murid SMP 2 Sukatenang, yang tidak mau menyebutkan nama nya kepada media.
Team media mendatangi Sekolah SMPN 2 Sukawangi, menemui Kepala sekolah Kepsek untuk dimintai keterangan namun tidak ada disekolah maupun diruang kerjanya, adapun Hubungan Masyarakat, Humas dan kesiswaan yang bersedia untuk dikonfirmasi mewakili kepala sekolah Kepsek, terkait ada nya pungutan yang dilakukan oknum guru.
"memang betul bang pada waktu pembagian Raport nebus sebesar 70,000, tujuh puluh ribu rupiah, hanya sekedar kebijakan untuk para guru upah ngetik, kalau anak yatim tidak kami pintai pengutan penebusan Raport. Memang benar kalau dari dinas pendidikan tidak diperbolehkan adanya pungutan penebusan Raport, ini inisiatif para guru,"kata Humas SMPN 2 Sukawangi, Toto kepada media, Kamis (02/02/2023).
"Lanjut Toto, kalau untuk seragam memang benar ada dua macam dan harganya berbeda, kalau untuk perempuan sebesar, 700,000, tujuh ratus ribu rupiah untuk siswa lelaki, Sebesar 600,000, ribu rupiah,"terang nya.
Ditempat yang sama Kesiswaan SMPN 2 Sukawangi Yudi saat di konfirmasi.
,"Memang betul bang itu semua inisiatif para guru bukan arahan dari dinas pendidikan, menurut saya hal itu si wajar-wajar saja karna memang sudah lumrah semua sekolah seperti itu. Untuk pengambilan raport pasti nebus, kebijakan para siswa untuk para guru,"Ucap Yudi kepada media.
(Iyus kastelo).
