Saumlaki, Jurnalinvestigasi.com – Forum Cinta Bumi Tanimbar (FCBT) menegaskan rencana aksi demonstrasi di Kantor INPEX Saumlaki pada 10 November, bertepatan dengan Hari Pahlawan, sebagai bentuk sikap moral masyarakat Tanimbar yang meminta keadilan dan keterbukaan.
Koordinator FCBT, Alex Belay, memastikan rencana demonstrasi itu digelar untuk menanggapi kondisi Tanimbar yang menurutnya semakin memprihatinkan. Ia menilai aksi jalanan wajib dilakukan demi menyuarakan persoalan yang selama ini diabaikan.
Belay menyebut, aksi tersebut muncul setelah dirinya menyimak situasi terbaru di lapangan dan menilai hak-hak masyarakat Tanimbar belum dipenuhi INPEX. Karena itu, tuntutan tersebut harus diperjuangkan secara terbuka melalui aksi moral.
“Bagi saya, poin yang diperjuangkan itu adalah hak-hak rakyat Tanimbar yang harus INPEX penuhi,” ungkapnya saat ditemui wartawan di Saumlaki, Rabu (05/11/2024), sembari menegaskan perlunya keberpihakan perusahaan pada rakyat.
Belay menambahkan, seluruh tuntutan itu meliputi tenaga kerja lokal, keterbukaan dana CSR, keterlibatan pengusaha daerah, hingga permintaan agar putra Tanimbar menempati posisi strategis di INPEX. Menurutnya, tuntutan tersebut objektif dan relevan.
Belay menyebut ada pihak tertentu yang membeli tanah rakyat dengan harga murah, lalu menjualnya kembali kepada pemerintah dengan harga tinggi. Ia khawatir praktik seperti itu akan merugikan masyarakat bila tidak diawasi sejak awal.
Di sisi lain, Belay meminta evaluasi terhadap Specialist External Relation INPEX di Saumlaki yang menurutnya gagal membangun komunikasi karena pendekatan yang terlalu formal dan elitis, sehingga tidak menyentuh kebutuhan pemuda maupun masyarakat umum.
“Hal ini berakibat saluran komunikasi terputus di Tanimbar. Maka suka tidak suka harus anak-anak Tanimbar ini bergerak sampai ke Jakarta. Kalau misalnya komunikasinya baik, maka tentu tidak akan ada gerakan sampai ke sana,” tuturnya.
Belay juga menilai komunikasi INPEX selama ini tertutup dan eksklusif. Ia berharap pejabat perusahaan memahami karakter sosial Tanimbar dan tidak hanya berkutat pada forum formal yang jauh dari realitas masyarakat setempat.
Selain itu, Belay menyoroti sikap INPEX yang dianggap mengabaikan potensi SDM lokal. Meski perusahaan telah memberikan beasiswa, menurutnya kesempatan strategis bagi putra daerah tetap sangat minim dibanding tenaga kerja dari luar.
“Bayangkan berapa anak Tanimbar yang bekerja di INPEX dengan posisi strategis. Sangat minim, lebih banyak diisi oleh SDM luar,” ujarnya.
Ia bahkan menggambarkan kondisi ini sebagai “penjajahan Jepang model baru” yang tidak disadari masyarakat.
“Mereka memberikan kita permen untuk kita diam dan mereka memberikan susu dan madu bagi SDM luar. Ini sama halnya pembunuhan karakter terhadap SDM lokal anak-anak Tanimbar. INPEX tak mengakui kecerdasan anak-anak Tanimbar,” tegasnya.
Belay menduga ketimpangan itu bagian dari pola terstruktur yang sengaja dibiarkan karena banyak persoalan internal di tubuh INPEX. Sementara itu, pengelolaan dana CSR dinilainya tertutup dan tidak transparan bagi publik Tanimbar.
Belay menegaskan, seluruh persoalan ini menjadi alasan utama FCBT turun ke jalan. Aksi pada 10 November mendatang bertujuan mendesak INPEX membuka ruang dialog, memperbaiki komunikasi, serta memenuhi hak-hak masyarakat sesuai tuntutan warga.
Catatan Redaksi:
Hingga berita ini dipublikasikan, wartawan media ini masih berupaya meminta tanggapan INPEX, namun belum memperoleh respons. (Blasius)


