Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger TemplatesPremium By Raushan Design With Shroff Templates
{{ date }}
{{ time }}
DIGITAL CLOCK with Vue.js

Drama Cemburu ASN Tanimbar: Cinta Segitiga “Dokter” yang Mengoyak Malu dan Nyawa

MALUKU - JURNALINVESTIGASI
17 Oktober 2025
Last Updated 2025-10-18T14:04:47Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates


Saumlaki, Jurnalinvestigasi.com – Malam itu begitu sunyi, hanya langkah-langkahnya yang menggema di jalan sepi, seolah setiap detak kaki menuntunnya ke jurang nasib yang kelam. 


Dia, pria yang selama ini dikenal sebagai perusak piring makan para PPPK paruh waktu, kini menemukan bahwa perbuatan yang ia taburkan berubah menjadi racun yang menusuk hatinya sendiri. 


Di hadapan publik, sang kabid di BKPSDM Tanimbar yang seharusnya menjadi simbol kepercayaan dan kewibawaan memainkan perannya dalam drama cinta segitiga dengan dingin, mengkhianati rasa hormat dan kepercayaan yang telah ia bangun.


Di tanah yang seharusnya diwarnai profesionalisme dan integritas, muncul kisah yang lebih mirip sinetron murahan daripada kenyataan. Ivan Melalolin, Kabid di BKPSDM Kabupaten Kepulauan Tanimbar, nyaris kehilangan nyawa, bukan karena pekerjaan, tapi karena cinta segi tiga yang absurd.


Pesta pernikahan di Desa Olilit Lama yang seharusnya menjadi panggung kebahagiaan, justru berubah menjadi ajang pertunjukan moral yang hancur. Di antara tamu undangan ASN, Ivan terlihat mengantar seorang dokter bersuami pulang. Bukan menggunakan taksi, bukan ojek online, tetapi mobil sang dokter sendiri. Sebuah adegan yang tampak romantis di mata Ivan, tapi tragis bagi akal sehat.


Ketika berhenti di pertigaan jalan, nyawa Ivan nyaris terenggut oleh pria jangkung yang mengenalinya baik ASN juga, tentu saja. Motif? Dugaan kuat sejumlah wartawan mengarah pada kecemburuan yang memuncak, akibat cinta segi tiga yang memalukan. Saling berantem pun tak terelakkan. Kepala Ivan terbentur batu, lutut lecet, pergelangan tangan terkilir. Semua luka itu bukan akibat tugas negara, melainkan akibat hati yang tidak mampu menahan nafsu.


Ironi terbesar? ASN Tanimbar yang seharusnya menegakkan etika dan teladan moral, justru menjadi aktor utama dalam drama yang mempermalukan Pemerintah Daerah. Publik menyaksikan, dan tak bisa menahan cemoohan: jabatan tinggi pun tak mampu menahan hinaan hati. Bukankah seharusnya pegawai negeri memisahkan urusan pribadi dan tanggung jawab profesional? Tapi di Saumlaki, batas itu sepertinya hanyalah kata hampa.


Dokter yang ikut terlibat, meski bersuami, tampak tak bersalah di mata masyarakat, tapi ia juga bagian dari pusaran malu ini. Mereka berdua dikenal baik dengan pelaku yang nyaris menabrak Ivan ironisnya, keakraban itu tak menghindarkan mereka dari tragedi yang seharusnya bisa dihindari. Ketika ditanya motif perselingkuhan, Ivan tiba-tiba diam mungkin malu, mungkin takut reputasinya hancur.


Warga yang melihat mereka saling berantem pun terperangah. Mereka menyelamatkan Kabid, menahan pelaku, sementara drama moral ASN ini berlangsung di depan mata. Adegan ini bukan sekadar kisah cinta bodoh; ini adalah pameran kelemahan karakter, kebodohan, dan ketidakmampuan mengendalikan diri, dibungkus status jabatan dan seragam ASN dalam perselingkuhan modus penyelamatan kelulusan PPPK.


Hingga berita ini diturunkan, laporan polisi masih ditunda, visum telah dilakukan. Luka-luka fisik bisa sembuh, tapi luka reputasi dan malu publik? Itu tidak akan pernah hilang. Masyarakat Saumlaki hanya bisa menyaksikan, sambil tersenyum sinis dan menggelengkan kepala. ASN yang diharapkan menjadi teladan, kini menjadi bahan tertawaan dan komentar pedas.


Lebih menyakitkan lagi, drama ini mengungkap bahwa jabatan tinggi tak mampu menyelamatkan moral. Ivan Melalolin, yang sebelumnya viral karena SK siluman bagi tenaga kontrak PKKK, kini kembali viral karena drama asmara yang bodoh dan beresiko nyawa. Bukankah seharusnya seorang Kabid mengatur orang lain, bukan dirinya sendiri?


Di balik pesta dan romansa yang gagal itu, ada pelajaran pahit: jabatan dan status sosial tak bisa menutupi kelemahan moral. Cinta segi tiga bukan hanya menghancurkan hati para pelaku, tetapi juga menodai institusi yang mereka wakili. Di mata publik, yang tersisa hanyalah sinisme dan tawa pahit: ASN di Tanimbar bisa lebih memalukan daripada sinetron televisi.


Saumlaki kembali menjadi saksi bisu kegagalan moral ASN. Pesta, cinta, jabatan, joget-joget dan ego berpadu menjadi pertunjukan tragis yang menyayat hati. Ketika cinta segi tiga bertemu nafsu, dendam, dan kebodohan, nyawa pun menjadi taruhan mahal dan moral publik menjadi korban terbesar dari drama yang seharusnya tidak pernah terjadi. 


Publik Tanimbar seharusnya menaruh hormat pada ASN yang mengatur administrasi negara. Nyatanya, yang mereka dapatkan hanyalah tontonan memalukan: pejabat yang rela menjadi “supir pribadi” bagi wanita bersuami. Bukankah jabatan tinggi seharusnya mengangkat martabat, bukan menodainya? Tetapi di tangan Ivan Melalolin, martabat itu lenyap secepat mobil yang ia kemudikan.


Lebih ironis lagi, insiden ini memperlihatkan betapa rapuhnya logika moral para ASN. Kepala bidang yang pernah viral karena SK siluman kini kembali viral, tapi bukan karena prestasi atau keberhasilan, melainkan karena drama asmara yang konyol. Publik hanya bisa menatap dan bergumam: 


“Ini yang dipanggil pejabat negeri? Ini yang disebut teladan?”


Tidak ada yang menang dalam kisah ini, kecuali rasa malu yang menempel kuat pada nama mereka. Luka fisik bisa diobati, tapi reputasi? Setiap orang yang mendengar cerita ini akan mengaitkan Ivan Melalolin dengan kebodohan, ketidakdewasaan, dan nafsu yang merajalela. Bahkan rekan-rekan ASN pun pasti menatapnya dengan campuran jijik dan kecewa.


Dan yang paling menyakitkan: drama ini membuktikan bahwa jabatan tinggi tidak menjamin akal sehat. ASN yang mestinya menjadi pelindung sistem justru menjadi pelaku skandal moral. Saumlaki, kota yang seharusnya menatap masa depan dengan bangga pada aparatur sipilnya, kini hanya bisa menahan tawa pedas dan melongo menyaksikan bagaimana cinta segi tiga bisa mengubah pejabat negeri menjadi bahan hinaan publik.


Cinta mereka seperti rapor ASN yang penuh catatan merah: tampak manis di permukaan, tapi beracun di balik layar. Dokter tersenyum, Ivan terpaku jabatan tinggi tidak menahan nafsu. Janji dan moral terjungkal, reputasi pun jadi korban. Cinta segi tiga ini bukan soal hati, tapi soal malu yang dibungkus seragam ASN. Mereka berdua menari di tepi jurang, sambil tertawa pahit atas kehancuran yang mereka ciptakan. 


“Cinta kalian seperti racun tersembunyi: manis di bibir, pahit di hati. Hati nurani tersayat, janji hancur, reputasi runtuh. Pilihlah hati atau kehormatan sebelum semuanya terlambat”. (USA)

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl