Penulis : Nik Besitimur | Editor : Redaksi
JURNALINVESTIGASI.com, SAUMLAKI – Ketua DPC Partai Hanura Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) Henrikus Serin, SH, menyesalkan pernyataan Rony Sapulette, SH, soal ketua, sekretaris dan bendahara (KSB) Partai Hanura KKT semuanya Katolik yang dinilainya mengandung rasisme.
Serin mengatakan, Rony Sapulette, SH Sebagai tokoh politik dan penyanyi yang punya popularitas di tingkat nasional telah mengkerdilkan pemahamannya sendiri terkait pernyataan tersebut.
“Secara hiraki, dalam organisasi DPC Hanura saya ada pada tingkatan yang rendah dan tidak selevel dengan beliau, tetapi karena didasari bahwa ada dendam kesumat akibat kalah bertarung dalam merebut Ketua DPD Hanura Maluku hingga sampai pada beliau (RS) dipecat oleh Mahkamah Partai dari kepengurusan dan kader Hanura,” katanya.
Serin menilai Sapulette adalah tokoh politik yang tidak berjiwa besar karena tidak mampu mendudukan diri atau menempatkan diri pada posisi dan levelnya.
“Beliau telah mengkerdilkan dan merendahkan diri sendiri dalam menentukan lawan,” tegasnya.
Serin bilang, RS tidak pernah menang dalam merebut jabatan Ketua DPD Hanura Maluku, hingga dipecat dari Partai Hanura.
Menurutnya, Sapulette tidak memahami apa itu pengertian nasionalisme dan tidak pernah merasakan bagaimana sulitnya mendirikan organisasi partai politik.
“Dalam organisasi parpol ini, pengurusnya berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda yaitu, latar belakan pendidikan, sifat, ego dan karakter yang berbeda. Membesarkan partai dan kerja-kerja politik demi kepentingan umum itu, tidak mudah dan tidak sempit sebagaimana yang dipikirkan oleh yang terhormat saudara RS,” tukasnya.
Soal Struktur kepengurusan yang semuanya Beragama Katolik itu, saya bukan berpikir demikian dan mengambil sikap yang tidak mencerminkan nasionalis tetapi untuk menyelamatkan Partai Hanura dalam menjawab kebutuhan pada saat Pendaftaran Partai serta Verifikasi Administrasi Faktual akan direfisi.
“Jadi, saya hanya berharap kepada Pak RS agar sebagai tokoh, harus arif dan bijaksana. Harus mampu menempatkan diri, bisa menterjemahkan masalah dan menanggapi masalah, jangan sampai tersandung masalah sebagaimana beliau sudah dilaporkan ke Polda Maluku,” ujar Serin.
“Pak RS harus banyak belajar dalam memilah masalah untuk disikapi secara tepat agar tidak menjadi bumerang bagi nama besarnya sendiri,” tutupnya.